Ilmu 4) Dimensi Ilmu Komunikasi, 5) Fungsi Komunikasi, 6) Unsur- sebagai modal dasar dalam memahami komunikasi dalam berbagai dimensi dan perspektif. Melalui mata kuliah ini mahasiswa akan memahami komponen - komponen dasar tentang Pengertian Komunikasi 2. Ruang Lingkup Komunikasi Kegiatan Perkuliahan . 3 .
Dimensiisi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
DIMENSIDAN PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI Komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi, yakni: A. Komunikasi sebagai proses, maka 1.Suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. 2.Komunikasi sebagai simbolik. 3.Pernyataan manusia dinyatakan dalam bentuk symbol. 3. B.
Empatdimensi dari proses komunikasi diantaranya: 1) Isi A biasanya berbicara kepada B tentang sesuatu. Proses itu mempunyai suatu isi. Apabila kita bersuara di dalam suatu percakapan, biasanya isinya pertama-tama adalah diri kita.
Y7j5af. ï»żDefinisi dan Dimensi-dimensi Komunikasi Definisi Komunikasi Dini Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi juga merupakan penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi. Dalam kehidupan sehari hari comunication komunikasi adalah hal terpenting dalam mempererat tali silahturahmi. Dengan komunikasi juga kita dapat memahami orang lain. Dapat di simpilkan komunikasi adalah suatu interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain secara verbal atau non verbal. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti âpemberitahuanâ atau âpertukaran pikiranâ Jadi secara garis besar dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator penyebar pesan dan komunikan penerima pesan. Proses komunikasi dapat diartikan sebagai âtransfer informasiâ atau pesan dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai komunikan. Dalam prose komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian mutual understanding antara kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirim pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu Komunikasi internal. Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder. Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dan lain-lain kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. Dan pengertian komunikasi horizontal atau lateral adalah komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Dimensi Komunikasi. rania Dimensi-dimensi komunikasi meliputi dibawah ini Isi Isi adalah apa yang dibicarakan dalam komunikasi antara satu orang dengan orang yang lain atau bahkan lebih. Kebisingan Kebisingan adalah tinggi rendahnya suara yaang terdengar dalam melakukan komunikasi. Jaringan Jaringan adalah sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukan komunikasi. Diantaranya ada komunikasi yang bergantung pada jaringan satelit. Arah Komunikasi terdiri dari 2 macam arah yaitu komunikasi satu arah adalah hanya ada satu orang berbicara menyampaikan infomasi untuk satu orang atau lebih contohnya promosi produk tertentu atau guru dikelas. Komunikasi 2 arah adalah adanya interaksi antara satu orang menyampaikan informasi satu orang atau lebih juga ikut berbicara sehingga terciptanya interaksi untuk menyampaikan beberapa informasi. Pemikiran Komunikasi sangat penting untuk kepentingan pribadi maupun kelompok, sering sekali terjadi mis komunikasi pada sebuah organisasi. Informasi sendiri didapatkan karena adanya komunikasi. Komunikasi bisa menyatukan atau membuat keintiman antar individu juga dapat memecahkan hubungan yang terjalin antar individu maupun kelompok maka dari itu tidak jarang banyak orang yang keluar dari sebuah organisasi karena masalah komunikasi yang banyak orang sebut sebagai mis komunikasi. Ketidak jelasan seseorang dalam menyampaikan informasi dapat pula dibilang sebagai kegagalan dalam berkomunikasi. Contoh Kasus Sebuah organisasi osis di sma sedang mengadakan sebuah acara, sie acara tersebut telah menyusun rundown acara yang telah disepakati oleh seluruh panitia. ketika acara berlangsung ternyata salah satu pengisi acara yang telah dijadwalkan hadir, berhalangan hadir karena memiliki satu kendala. Humas yang menerima informasi langsung dari penerima acara lupa untuk laporan kepada sie acara atau time keeper. Ketika waktunya pengisi acara itu tampil harus dicari-cari dulu, baru lah humas ingat bahwa pengisi acara itu berhalangan hadir. Tetapi acara yang berlangsung menjadi berantakan rundown nya. Analisa Jelaslah dalam contoh kasus bahwa komunikasi sangat penting dalam segala hal karena komunikasi merupakan informasi yang wajib diketahui oleh orang-orang yang berkepentingan terlebih pada sebuah organisasi. Daftar Pustaka West,Richard, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Jakarta Salemba Humanika, 2008. Effendy,Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung Remaja Rosdakarya, 1994 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta Gramedia Wiasarana Indonesia, 2005 Abu, Ahmadi, Psikologi umum, Edisi Revisi 2009. Suprapto, Tommy. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta Media Pressindo
Teori Komunikasi antar Pribadi Dimensi- Dimensi Pribadi dan Relasional S. Djuarsa Sendjaja, Ph, D.. Drs. Tandiyo Pradekso, M. A. Dr. turnomo Rahardjo PENDAHULUAN S ecara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan action yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat karakteristik yang menentukan apakah suatu kegiatan atau tindakan dapat disebut sebagai komunikasi antarpribadi atau tidak. Judy C. Pearson 1983 menyebutkan enam karakteristik komunikasi pribadi self. Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita .Kedua, komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. Ketiga, komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatikan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut. Keempat, komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fsik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Kelima, komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya interdependen dalam proses komunikasi. Keenam, komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat meminta maaf dan memberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang sama, karena dalam proses komunikasi antarmanusia, hal ini akan sangat tergantung da ri tanggapan partner komunikasi kita. Berangkat dari konsep yang telah diuraikan diatas, modul ini akan membahas teori-teori komunikasi antarpribadi, yaitu 1 individu dalam komunikasi antarpribadi, 2 memahami diri pribadi, 3 memahami orang lain, dan 4 aspek relasional atau hubungan dalam komunikasi antarpribadi. Setiap pokok bahasan akan menjadi satu topik kegiatan belajar tersendiri. Diharapkan keempat pokok bahasan ini akan memberikan pemahaman mengenai teori-teori yang akan dapat digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi antarpribadi. Pelajari dengan cermat setiap topik kegiatan belajar, serta kerjakan semua pertanyaan latihan dan tes formatif . Apabila ada kesulitan diskusikan dengan teman-teman anda atau tutor anda. Secara umum tujuan dari modul ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang berbagai dimensi teori komunikasi antarpribadi dan cakupannya dalam menjelaskan fenomena individu, diri pribadi, orang lain sebagai partner komunikasi dan aspek aspek relasional dalam komunikasi antarpribadi. Individu dalam Komunikasi Antarpribadi M emahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan di mana dia terlibat di dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu maka pemahaman psikologis acapkali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antarpribadi. Pada bagian ini akan dibahas beberapa aspek psikologis yang terjadi dalam proses komunikasi LETAK LOKUS PSIKOLOGIS Aspek psikologis dari komunikasi antarpribadi menempatkan makna hubungan sosial ke dalam individu, yaitu dalam diri partisipan komunikasi. Hal ini akan tampak jika kita melihat suatu hubungan dari sudut pandang kita sendiri maka kita akan menyertakan semacam rasa memiliki ketika kita berpikir bahwa orang lain dan hubungan kita dengan orang tersebut seolah- olah milik kita. Misalnya, kita biasanya berkata istri saya, pimpinan saya, atau teman saya, sesuatu yang diasosiasikan dengan milik saya. Dengan kata lain, kita biasanya mengartikan hubungan dan bahkan orang lain dalam pengertian yang berpusat pada diri kita sendiri self centered/selfss, yaitu bagaimana segala sesuatunya atau berkaitan dengan kita sendiri. Suatu pemahaman psikologis terhadap komunikasi antarpribadi merupakan bagian penting dari pemahaman yang menyeluruh terhadap komunikasi antarpribadi. Meskipun demikian, beberapa persoalan dapat muncul dalam proses pemahaman oleh individu yang disebut juga sebagai proses intrapribadi ini. Fisher 1987106 menyebutkan tiga di antaranya, yaituPertama, munculnya respons individu terbatas pada setelahkegiatan komunikasi; Kedua, ingatan atau persepsi individu dapat berubah setelah suatu tindakan komunikasi; Ketiga, individu sering mencampuradukkan hubungan antarpribadi dengan respons emosional mereka. Ini semua akan menjadi masalah jika orang menganggap bahwa lokus psikologis komunikator merupakan pemahaman terpenting atau paling nyata darikomunikasi antarpribadi. Jadi, dengan aspek psikologis saja belumlah cukup untuk memahami komunikasi antarpribadi secara menyeluruh. Hal terpenting dari lokus psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak pada suatu tempat di dalam individu, dan tidak mungkin dapat diamati secara langsung. Asumsi ini juga mencakup anggapan bahwa kita dapat melakukan pengamatan terhadap diri pribadi seseorang ecara tidak langsung dengan menyimpulkan berdasarkan pengamatan kita terhadap perilaku individu tersebut. Dengan demikian, lokus psikologis dari komunikasi mengasumsikan individu memiliki dua dimensi diri, yaitu internal dan ekternal. Namun, kita juga mengetahui bahwa dimensi eksternal dari diri tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya. Biasanya, kita tidak mudah percaya pada dimensi eksternal karena kita tahu bahwa orang mampu mengendalikan perilaku eksternalnya. Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda- tanda melalui tindakan atu perilaku yang dapt diamati. Kita akan melakukan seleksi terhadap tanda-tanda dari perilaku dan mengungkap mana yang âpalsuâ dan mana yang âasliâ. Cara inilah yang biasanya kita lakukan dalam upaya untuk mengungkap dimensi internal dari diri yang sesungguhnya. Pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana kita dapat menyimpulkan secara akurat? Karena penyimpulan itu sendiri adalah proses psikologis, suatu proses pikir yang melibatkan penarikan suatu kesimpulan atas dasar informasi yang tidak lengkap. Menyimpulkan adalah menggunakan logika, baik yang rasional maupun tidak, dalam rangka mengisi sejumlah informasi yang belum lengkap sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Dengan kata lain, menyimpulkan adalah melompat kepada suatu kesimpulan berdasarkan dat yang belum tentu lengkap. Jadi, meskipun pada dasarnya tidak dapat dilakukan pengamatan secara langsung pada dimensi internal dari diri, orang melakukan penyimpulan berdasarkan apa yang dapat dia amati. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah mengamati dimensi eksternal dari diri, yaitu pada perilaku atau TATARAN PSIKOLOGIS DALAM KOMUNIKASI Dalam lokus psikologis, komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkay kesamaan diri atau proses psikologis tertentu. Katakanlah Ani berkomunikasi dengan Budi maka proses psikologis Ani harus memiliki kesamaan tertentu dengan proses psikologis Budi. Gambar memberikan ilustrasi adanya âoverlapâ ssaling tumpang tindih antara proses psikologis Ani dan Budi. Ketika Ani dan Budi berkomunikasi, mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini akan berlangsung terus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak komunikasi. PROSES PROSES PSIKOLOGIS PSIKOLOGIS ANI BUDI BUDI Gambar ANI Bidang bergaris pada Gambar menunjukkan bagian dari proses psikologis Ani yang memiliki kesamaan dengan proses psikologis Budi. Dapat dikatakan pula bahwa komunikasi akan menjadi semaikin efektif ketika bidang yang overlap semakin membesar. Selanjutnya, fenomena ini menghasilkan suatu situasi di mana Ani dan Budi saling berbagi pemahaman. Saling berbagi pemahaman tidaklah berarti memiliki kesamaan pemahaman atau kesamaan diri, namun terdapat dua pemahaman individual yang berbeda, yang mempunyai kesamaan karakteristik tertentu. Kesamaan karakteristik ini merupakan suatu persinggungan dari dua atau lebih pemahaman yang berbeda. Persinggungan tersebut terwujud pada bidang yang overlap dari dua pemahaman, tetapi hal itu bukan merupakan, dan tidak akan pernah, menjadi suatu pemahaman tunggal. Jadi, komunikasi psikologis merupakan suatu persinggungan dari proses-proses psikologis yang berbeda dan tidak dipandang sebagai suatu proses psikologis tunggal. Sebenarnya proses psikologis dalam komunikasi mencakup beberapa proses internal yang berbeda dan berlangsung secara simultan. Proses-proses ini berlangsung dalam beberapa tataran, dengan pengertian masing-masing mencakup bagian yang berbeda dari proses psikologis yang âdibagiâ oleh para partisipan dalam komunikasi antarpribadi. Fiesher 1987110 mengemukakan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, proses intrapribadi kita memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah âdiriâ yang hadir dalam situasi antarpribadi, yaitu pandangan kita mengenai diri kita sendiri, pandangan kita mengenai diri orang lain, dan pandangan kita mengenai pandangan orang lain tentang kita lihat Gambar Sering kali hal ini disebut pula dengan persepsi, metapersepsi dan meta-metapersepsi. Selanjutnya, ketiga tataran psikologis ini berfungsi secara simultan ketika kita sedang berkomunikasi dengan orang lain, dan tiap tataran dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tataran lainnya. Misalnya, Budi memandang Ani sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya, dan dia menganggap Ani tidak sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya, dan dia menganggap Ani tidak menyukai atau tidak mempercayainya maka Budi akan mulai menurunkan citra terhadap dirinya sendiri merasa bahwa dirinya mungkin tidak jujur sehingga menganggap tidak disukai oleh orang orang yang jujur. Diri Saya Sendiri Diri Orang LainGambar Perlu kita ingat kembali bahwa komunikasi antarpribadi, setidaknya ada dua orang yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, pada saat ketiga tataran psikologis kita beroperasi, hal yang sama berlaku pula pada diri partner komunikasi kita. Dalam kasus semacam ini kita seolah-olah berusaha untuk merefleksikan proses psikologis kita dengan proses psikologis yang kita anggap sedang terjadi dalam diri orang lain. Dan tentunya hal yang sama secara simultan terjadi pula pada diri partner komunikasi kita. Proses-proses psikologis yang terjadi pada dua individu ini tentunya tidak akan sama persis, tetapi masing-masing pihak berusaha untuk menghasilkan adanya tingkat persinggungan tertentu atau bidang yang overlap pada tiap-tiap tataran. ANI BUDI DIRI BUDI PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYA DIRI ORANG LAIN DIRI SAYA SENDIRI PANDANGAN BUDI/ANI TERHADAP DIRI ANI/BUDI DIRI ANI DIRI ORANG LAIN DIRI SAYA SENDIRI PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYA ANI BUDI DIRI BUDI PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYA DIRI ORANG LAIN DIRI SAYA SENDIRI PANDANGAN BUDI/ANI TERHADAP DIRI ANI/BUDI DIRI ANI DIRI ORANG LAIN DIRI SAYA SENDIRI PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYAGambar menunjukkan adanya persinggungan pandangan antara dua individu. Meskipun tidak akan pernah terjadi sinkronitas yang sempurna antara keduanya, mereka akan tetap berkomunikasi berlandaskan pada persinggungan proses psikologis mereka. Jadi, arti penting dari komunikasi bukanlah pada kesamaan yang sempurna antara dua proses psikologis mereka, tetapi bahwa mereka berkomunikasi satu dengan lainnyaseolas-olas ada kesamaan di antara mereka. Karena orang-orang yang terlibat dalam komunikasi seolah-olah saling berbagi bagian dari diri mereka, maka proses-proses psikologis mereka dapat mempengaruhi komunikasi antarpribadi dan hubungan sosial yang terjadi. Pentingnya proses psikologis ini hendaknya dipahami dengan hati-hati, artinya proses intra pribadi individu dari partisipan komunikasi bukanlah hal yang sama dengan hubungan antarpribadi, melainkan proses psikologis. Meskipun demikian proses psikologis dari diri tiap individu pasti mempengaruhi komunikasi antarpribadi yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi hubungan antarpribadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan antarpribadi karena individu menggunakannya sebagai pedoman untuk bertindak atau berperilaku. Ketika hal ini berlangsung maka individu akan bertindak atau berperilaku. Ketika hal ini berlangsung maka individu akan bertindak atas dasar proses psikologis yang diketahui atau diyakininya sebagai diri yang sesungguhnya. Benar tidaknya penyimpulan yang dilakukan tidak akan dapat diketahui individu tersebut karena dia memang tidak memiliki pilihan lain, selain menggunakan penafsirannya terhadap citra diri untuk mempengaruhi perilaku, terlepas dari apakah dia berhasil menyimpulkan diri yang sesungguhnya atau tidak. Persoalan sebetulnya memang bukan pada hadirnya diri yang sesungguhnya real self dalam tindakan komunikasi karena semuanya akan kembali kepada pandangan masing-masing individu terhadap diri tersebut. Bukan pula pada akurat atau tidaknya pandangan masing- masing individu Karena mereka berperilaku seolas-olas pandangannya akurat. Akhirnya, karena proses psikologis secara potensial mampu mempengaruhi komunikasi, kita tidak dapat mengesampingkannya jika ingin benar-benar memahami hubungan antarmanusia. Sebaliknya, kita juga jangan menganggap bahwa hanya proses psikologislah yang menentukan komunikasi. Kita hendaknya menempatkan proses psikologis sebagai faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi dan hubungan sosial karena secara teknis proses psikologis bukan merupakan bagian dari hubungan itu sendiri. Memahami Diri Pribadi dalam Komunikasi D iri pribadi adalah suatu ukuran/kualitas yang memungkinkan sesorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat sesorang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia ini, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Seperti halnya diri fsik kita maka diri social dan diri psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang sejalan dengan usia hidup kita. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalamj hal ini orang akan berusaha untuk mengenali dan memahami siapa dirinya. Pada bagian ini berikut akan dibahas berbagai konsep diri dan relevansinya terhadap komunikasi antarpribadi. Pembahasan amencakup bagaimana manusia sampai kepada pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran awareness.A. PERSEPSI TERHADAP DIRI PRIBADI SELF PERCEPTION Proses psikologis yang diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu dikenal sebagaipersepsi. Dengan mengutip Cohen, Fisher 1987 118 dikemukakan bahwa persepsi didefnisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai pepresentasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita. Defnisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi. Pertama, suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Dalam hal ini persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata, tetapi keberadaanya jelas dapat kita rasakan. Kedua, adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki. Karakteristik ketiga menyangkut sifat representative dari pengindraan. Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatu objek secara langsung karena kita sebenarnya hanya mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut. Jadi, meskipun suatu persepi didasarkan pada pengamatan langsung, hal ini bukanlah sesuatu yang âsebenarnyaâ dalam artian kita dapat menangkap atau menguasai objek tersebut. Kita melihat, membaui, mendengar, mencicip, dan meraba, tetapi apa yang harus kita interpretasikan adalah penampakan, bau, suara, rasa, dan bentuk yang mewakili sesuatu, dan kita tidak akan pernah dapat âmerasakanâ objek itu sendiri. Konsekuensinya adalah bahwa pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek, melainkan apa yang tampak sebagai objek tersebut. Adakalanya penampakan dapat menyesatkan seperti yang kita alami dalam ilusi optis, special effects dalam flm, dan sebagainya. Oleh karenanya, persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Jadi, sebaliknya kita tidak kelewat yakin dengan pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya, pengetahuan yang biasanya paling kita yakini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting, dan terpercaya bagi kita. Ini merupakan suatu alas an mengapa komunikasi antarpribadi dan hubungan antarmanusia sangat sulit âdipahamiâ meskipun sangat mudah âdiketahui/dikenaliâ.B. SIFAT-SIFAT PERSEPSI Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, kita harus memahami bagaimana orang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman tersebut diperoleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui bagaimana orang mempersepsi diri mereka sendiri atau orang lain. Adakalanya kita merasa kesal karena orang tidak dapat memahami apa yang kita maksud sehingga kita akan berpikir bahwa orang tersebut tidak paham ungkapan yang begitu sederhana dan gambling. Hal ini dapat terjadi karena mungkin orang tadi mempersepsikan sesuatu dari ungkapan yang kita sendiri bahkan tidak merasakan/menyadarinya. Pada dasarnya, letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsi, bukan pada suatu ungkapan ataupun objek. Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka, apa yang mudah bagi kita boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami tataran intra pribadi dari komunikasi antarpribadi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi. Pertama, persepsi adalas pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal- hal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita kepada suatu kebingungan. Kedua, persepsi adalas selektif. Ketika mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita âinginkanâ atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut. Ketiga, persepsi adalas penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi adalah selektif karena keterbatasan kapasitas otak maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian karakteristik dari objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek tersebut. Keempat, persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukan, akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas, dan penyimpulan. Biasanya ketidakakuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah, atau menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat karena orang menanggap sama sesuatu yang sebenarnya hanya mirip. Dan semakin jauh jarak antara orang yang mempersepsi dengan objeknya maka semakin tidak akurat persepsinya. Meskipun demikian kita biasanya mengabaikan ketidakakuratan tersebut dalam kegiatan persepsi kita sehari-hari, dan ketidakakuratan persepsi tidak selalu menjadi/menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi. Kelima, persepsi adalas evaluatif. Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk member makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada di dalam diri kita maka bersifat subyektif. Fisher 1987 125 bahkan mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses intrapribadi, tetapi juga sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak terhindarkannya keterlibatan pribadi dalam tindak persepsi menyebabkan persepsi sangat subjektif. Suatu hal yang tidak terpisahkan dari interpretasi subjektif adalah proses evaluasi. Rasanya hampir tidak mungkin kita mempersepsi objek tanpa mempersepsikan pula baik atau buruknya objek tersebut. Adalah samgat langka kita dapat mempersepsikan sesuatu secara sepenuhnya netral. Hal ini dapat kita telusuri dari pengalaman kita sendiri. Kita cenderung untuk sangat baik ataupun buruk yang dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya, hal-hal yang netral dan âbiasa sajaâ cenderung dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya kita ingat dengan baik kabur. Jadi, ketika pengalaman mendasari persepsi yang kita lakukan, maka tidak dapat dihindari terjadinya proses BEBERAPA ELEMEN DARI PERSEPSI Kita telah mengetahui bahwa persepsi mensyaratkan adanya tiga hal orang yang mempersepsi, objek persepsi, dan suatu interpretasi atau makna yang merupakan hasil dari tindakakn persepsi. Untuk memahami apa yang disebut tindak persepsi, apa ayang terjadi ketika orang memperseps, dan saja yang mempeengaruhi makna yang dipersepsikan maka kita perlu mengenal terlebih dahulu elemen-elemen yang terlibat dalam proses persepsi. Elemen Pertama adalah sensasi pengindraan dan interpretasi. Ketika orang menangkap sesuatu melalui indranya melihat, mendengar, mencicip, membau, atau meraba maka secara simultan dia akan menginterpretasikan makna dari hasil pengindraanya. Sebagi misal, apa yang akan terjadi ketika kita mencium mawar? Apakah pertama kali kita mendapatkan sensasi fsik bau, baru kemudian persepsi psikis keharuman yang dihubungkan dengan mawar? Apakah pertama kita membau dan kemudian membau mawar? Tentunya bukan itu yang terjadi karena kita mengasosiasikan sensasi kita dengan keharuman mawar yang telah kita kenal secara serempak/simultan. Dengan kata lain, adalah tidak mungkin untuk memisahkan antara sensasi dengan persepsi. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kita cenderung untuk mendengar apa yang kita harapkan untuk didengar dan melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat, terlepas dari apa yang sesungguhnyaâ kita dengar dan lihat. Harapan, yang merupakan elemen kedua dari persepsi, dapat menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam mengarahkan persepsi, meskipun adakalanya bertentangan dari rasio. Harapan mempengaruhi persepsi terhadap diri pribadi seperti persepsi terhadap objek lainnya. Kita berharap untuk mendapat simpati dari orang yang baru kita kenal, dan kita biasanya akan merasa senang bila orang tersebut memang bersimpati kepada kita. Artinya, kita berharap bahwa harapan kita akan terpenuhi. Jika akhirnya harapan kita tidak terpenuhi maka reaksi pertama kita adalah merasionalisasikan hal tersebut dan meletakkan kesalahan pada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Misalnya kita adalah penggemar PSSI dan mengaharapkannya menang dalam kompetisi sepak bola Pra Piala Dunia. Ketika ternyata PSSI kalah terus reaksi kita adalah bahwa tim kesayangan kita sedang sial, wasit yang tidak fair, permainan yang kasar, dan sejumlah alasan lain. Sementara kita seolah-olah melupakan bahwa tim lawan bermain dengan baik. Elemen Ketiga adalah bentuk dan latar belakang fgure & background. Salah satu cara untuk memahami proses persepsi terletak pada kemampuannya untuk membeda-bedakan antara berbagagi jenis informasi. Orang yang mempersepsi, membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang penting dari yang tidak penting, yang relevean dari yang tidak relevan. Dengan kata lain, persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi fgurâ dan informasi yang menjadi background. Orang biasanya ingin meyakini kebenaran persepsinya. Persoalannya adalah bagaimana menguji dan menginterpretasikan nilai kebenaran. Cara yang biasa digunakan untuk menentukan kevalidan persepsi kita adalah membandingkan dengan sesuatu. Dengan demikian, perbandingan merupakan elemen keempat dari persepsi, jika makna yang dipersepsikan konsisten atau mirip dengan criteria yang digunakan sebagai pembanding pengalaman masa lalu kita akan menganggapnya valid. Ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan criteria pembanding maka kita akan mengalami ketidaksesuaian kognitif atau inkonsistensi kognitif. Sehingga kita merasa perlu untuk menyingkirkan inkonsistensi tadi sebagai upaya untuk mengatasi ketidaksesuaian psikologis kita. Dari semua pengaruh terhadap persepsi kita, konteks elemen kelima dari persepsi, mungkin yang paling potensial. Bukan berarti bahwa system kognitif kita seperti nilai, sikap, dan keyakinan, atau harapan kita, tidak cukup berpengaruh. Tetapi konteks di mana kita mempersepsikan suatu objek, sangat kuat pengaruhnya. Sehingga cenderung mengarahkan struktur kognitif dan harapan kit, dan pada gilirannya persepsi kita. Dalam hal ini, konteks selalu terdiri dari seperangkat fenomena yang sama dengan objek persepsikita. Jadi, kita mempersepsi seseorang, konteks, yang mempengaruhi persepsi kita terdiridari orang-orang lainnya. Demikian pula terhadap objek atau peristiwa, konteksnya adalah objek lainnya atau peristiwa-peristiwa lainnya. Apa yang baru kita bicarakan belum sepenuhnya menjelaskan konteks. Ketika konteks telah kita kenali, persepsi akan menggunakan konteks tersebut untuk menginterpretasikan atau mengungkap suatu polaâ yaitu suatu bentuk pengorganisasian elemen-elemen untuk menciptakan suatu kesatuan interpretasi yang utuh. Konteks dan pola merupakan komponen penting yang mendasari seluruh pemahaman kita tentang komunikasi antarpribadi. Karena, tidak akan terjadi interpretasi terhadap setiap perilaku komunikasi verbal atau nonverbal, tidak akan ada makna dari setiap hubungan misalnya teman atau lawan, tanpa menempatkannya dalam suatu konteks dan mengenali pola-polanya dalam interaksi. Tanpa adanya pola, sama dengan tidak adanya makna, atau setidaknya suatu kebingungan terhadap terlalu banyaknya makna. Oleh karenanya menginterpretasikan makna dalam konteksnya merupakan faktor utama, bahkan mungkin merupakan satu-satunya faktor terpenting, dalam memahami komunikasi antarpribadi dan hubungan KESADARAN PRIBADI SELF AWARENESS Langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui/menyadari diri kita sendiri, yaitu mengungkap siapa dan apa kita ini. Dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri kita secara simultan kita juga telah mempersepsikan diri kita sendiri. Untuk dapat menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah diri/selfâ tersebut. Diriâ secara sederhana dapat kita artikan sebagai identitas individu. Jadi, identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian diriâ adalah suatu pengertian yang mengacu kepada identitas spesifk dari individu. Fisher 1987134 menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri, yaitu konsep diri, self esteemâ dan multiple selvesâ. Pemahaman terhadap konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Pada umumnya orang cenderung menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga kategori, yaitu karakteristik atau sifat pribadi, karakteristik atau sifat social, dan peran social. Dengan kata lain, kita cenderung untuk memandang diri kita sebagai memiliki sifat-sifat internal tertentu yang kita gunakan untuk menjelaskan bagaimana kita berperan dalam berhubungan dengan orang lain. Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fsik laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya atau kemampuan tertentu pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dan sebagainya. Karakteristik social menunjukkan sifa-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Antara lain, ramah atau ketus,ekstovert, atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli, dan sebagainya. Peran social, mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam suatu masyarakat tertentu. Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefnisikan hubungan social kita dengan orang lain, seperti ayah, istri, guru, polisi, eksekutif, dan sebagainya. Peran social ini dapat pula berbenuk afliasi terhadap budaya, etnik, agama, dan sebagainya. Konsep diri dapat berubah siring dengan waktu, oleh karenanya stabilitas dari konsep diri ini sulit untuk diperkirakan. Ketika diri kita menjadi objek persepsi maka kitaa juga akan mengevaluasi diri kita sendiri. Ungkapan yang digunakan untuk menyatakan persepsi evaluative seseorang terhadap dirinyya sendiri adalah self esteemâ, suatu bagian yang inheren dari konsep diri. Orang biasanya memiliki self esteem yang relative tinggi. Namun self esteem yang relative tinggi ini bukan berarti bahwa kita lalu menjadi egoistik. Ini hanya berarti bahwa tinggkat self esteem dari orang normalâ yang hidup secara normal, rata-rata di atas titik tengah atau titik netral pada skala evaluasi. Self esteem juga bersifat lebih mendalam dan langgeng daripada suatu reaksi temporal. Maksudnya jika suatu ketika kita merasa gagal atau kehilangan kepercayaan diri pada saat dikecewakan oleh seorang sahabat, ini hanyalah reaksi sementara yang tidak mengubah self esteem. Self esteem kita adalah bagian dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri dan bukan semata-mata reaksi terhadap suatu peristiwa tertentu dalam kehidupan kita. Self esteem berpengaruh terhadap perilaku kita, khususnya perilaku komunikasi kita. Jika self esteem tinggi, kita cenderung merasa kompeten sehingga berperilaku secara lebih percaya diri. Orang yang self esteemnyatinggi biasanya lebih mandiri, tegas, dan tidak mudah dipersuasi. Sementara kebalikan dari hal-hal tadi biasanya ditemukan pada orang yang self esteemnya rendah. Meskipun pembahasan kita mengenai diriâ sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda, yang disebut multiple selves. Beberapa dari diri kita berkaitan dengan peran kita dalam berbagai hubungan social yang berbeda dengan berbagai orang yang berbeda pula, misalnya; ayah-anak, suami-istri, atasan-bawahan, teman-teman, atau dalam kelompok yang lebih besar seperti sebagai pelajar, warga Negara, anggota partai, dan sebagainya. Ini semua mengacu kepada peran yang kita mainkan dalam berbagai komunitas dan merefleksikan berbagi aspek dalam kehidupan kita. Kesemuanya ini adalah benarâ, dalam pengertian seringkali beberapa peran tersebut overlap dan tidak mencerminkan konflik antara berbagai bagian dari diri kita. Multiple selves ini harus dipahami sebagai seseorang dengan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan social. Multiple selves dapat pula dipahamu dalam bentuk yang lain. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam knsep diri kita. Pertama adalah persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap diri kita metapersepsi. Cara lain untuk melihatmultiple selves adalah melalui diri ideal kita. Sebagian dari konsep diri mencakup siapa diri kita sebenarnya, sedangkan sebagian lain mencakup kita ingin menjadi apa semacam bentuk idealisasiâ diri. Upaya untuk mempersempit celah antara diri sebenarnyaâ dan diriâ, tidak lain adalah suatu bentuk usaha untuk memperbaiki diri. Misalnya orang yang sebenarnya gemuk berusaha melangsingkan tubuh untuk mencapai berat dan bentuk yang dia idealkan. Ini terjadi pula pada berbagai hal lain, orang berusaha memperbaiki diri untuk mencapai diri yang ideal. Selama proses kehidupan dan interaksi kita dengan orang lain, kita secara terus-menerus mengembangkan konsep diri. Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara kontinu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan mendapat manfaatnya maka kita perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Proses perkembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga konsep, yaitu reflexive, social self, dan becoming self. Jika kita memandang ke dalam cermin, apa yang kita lihat? Jika kita menjawab âSaya melihat diri sayaâ atau âSaya melihat wajah sayaâ maka kita belum sepenuhnya menangkan arti reflektivitas dan peran cermin dalam merefleksikan image kita. Prinsip dari reflexive self adalah apabila kita memandang ke dalam cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita, tetapi melihat diri kita yang dipantulkan oleh cermin yang sedang memandang kita. Jadi kesadaran diri dikatakan reflexive jika bersifat dua arah. Ketika kita mempersepsikan diri kita, kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri. Analogi lain untuk menggambarkan refleeive self adalah seperti melempar bola karet ke dinding. Kita melempar bola kearah dinding, dan tindakan tersebut direfleksikan kembali bola memantul ke arah kita. Jadi, pada saat yang bersamaan kita adalah subjek dan objek dari tindakan kita. Bila diterapkan dalam kasus self esteemnya, cenderung mandiri. Meskipun demikian, kita tidak dapat memahami pengertian sebab akibat karena persepsi dan tindakan ini terjadi secara simultan atau secara refleksif. Proses persepsi dan tindakan ini bergerak dalam siklus yang terus berlangsung tanpa titik awal ataupun akhir. Pada sisi lain, indiividu memperoleh konsep dirinya identitasnya yang spesifk sebagai individu melalui interaksi dengan orang lain. Dengan kata lain, orang mengevaluasi tindakannya terutama dengan mempersepsi dan mengevaluasi reaksi orang lain terhadap tindakan kita. Reaksi orang lain ini membuat tindakan kita jauh lebih berarti, dan ini berarti bahwa sebenarnya orang lain telah memberikan patokan di mana kita dapat mengukur konsep diri kita. Menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita, disebut menggunakan social self . Pengertian ini juga dikenal dengan istilah âlooking glass selfâ, yang menggambarkan bagaimana kita mengembangkan konsep diri melalui interaksi. Dalam interaksi, reaksi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Aspek lain dari pengembangan kesadaran diri melalui interaksi sosial adalah self monitoring. Self monitoring memungkinkan kita untuk menyadari perilaku-perilaku yang dianggap sesuai untuk suatu social tertentu. Meskipunself monitoring biasanya mengacu pada kepekaan terhadap perilaku kita sendiri, kita dapat pula mempelajari perilaku apa yang secara social dianggap sesuai melalui pengamatan terhadap tindakan orang lain. Self monitoring adalah suatu kemampuan di mana tingkatannya berbeda-beda pada setiap orang. Karena merupakan suatu kemampuan, self monitoring seseorang dapat dilatih dan diperbaiki. Sehingga orang akan menjadi lebih menyadari konsep dirinya, seiring dengan meningkatnya pemahaman tentang interaksi social yang sesuai. Kemampuan ini akan membuat kita menjadi lebih efektif dalam komunikasi antarpribadi. Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang tetap, selalu berubah, terus-menerus berkembang, dan selalu diterpa oleh informasi baru untuk dipersepsikan dan diinterpretasikan. Setiap kali kita terlibat dalam komunikasi, kita akan mendapat tambahhan informasi melalui âlooking-glass self â dan selalu mencocokkanya dengan kondisi konsep diri pada saat itu. Informasi tersebut tentu saja dapat mengkonfrmasikan atau memperkuat konsep diri kita, tetapi dapat pula mempertanyakan, meragukan, menyangkal, dan mengubah konsep diri kita. Jadi, apa pun efeknya, informasi akan selalu menerpa dan mempengaruhi konsep diri kita. Dari pengertian tersebut, konsep diri tidak pernah dalam kondisi tetap, melainkan selalu dalam keadaan berubah atau berkembang. Inilah yang disebut dengan becoming self, artinya konsep diri selalu dalam state of becoming atau proses menjadi konsep diri. Pengertian becoming ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan secara gradual melalui aktivitas sehari-hari kita. Memahami Orang Lain dalam Komunikasi D alam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang, akan terdapat diri pribadi yang harus di kenali, yaitu diri kita sendiri dan diri orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Upaya mengenali orang lain bukanlah persoalan sederhana. Upaya ini menyangkut proses psikologis, yaitu persepsi, dan seperti telah kita ketahui, persepsi memiliki banyak kelemahan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan. Anatara lain persepsi tidak akurat, selektif, subjektif, dan sebagainya. Dalam mempersepsi orang lain, kita harus membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap, yaitu informasi yang hanya diperoleh melalui kelima indra kita. Maka, ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang lain atas perilaku komunikasinya yang dapat diamati. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita katahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya psikologis, dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang memiliki beberapa arti bagi kita. Pertama adalah sebagai mekanisme proteksi, yaitu kita ingin mengetahui apa yang diharapakannya dari kita melalui komunikasi yang dia lakukan. Kedua, melalui pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau akurasi dari penampilannya. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa kita menganggap sebagian besar perilaku memiliki tujuan tertentu, dan kita menggunakan persepsi untuk mengenali secara cermat apa tujuan orang lain. Adalah tidak mungkin bagi kita secara nyata mengamati kondisi internal orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut. Ada anggapan bahwa elemen non verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendoro rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi. Setelah kita memperoleh informasi tentang orang lain yang dibutuhkan, apa yang harus dilakukan dengan informasi tersebut. Dalam komunikasi antarpribadi, setiap partisipasi perlu mengenali partisipan lainnya dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi ketidakpastian uncertainlyreduction dan perbandingan sosial social comparison. Ketika kita pertama
Ilmu komunikasi adalah praktik dan pengetahuan saintifik mengenai komunikasi. Rincinya, Ilmu komunikasi adalah praktik dan pengetahuan dari keterangan dasar yang kokoh mengenai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih. Definisi tersebut disimpulkan berdasarkan pengertian komunikasi dari Tubss & Moss dalam Yusuf, 2021, hlm. 7 yang berpendapat bahwa komunikasi adalah proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih, dan Hatta dalam Hariyanto, 2021, hlm. 10 yang mengungkapkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang di dapatkan dari keterangan yang memberi dasar yang kokoh akan pengetahuan kita. Sementara itu, secara sederhana namun tetap mengenai, Effendi dalam Yusuf, 2021, hlm. 7 berpendapat bahwa komunikasi adalah penyampaian pikiran oleh seseorang komunikator kepada orang lain komunikan. Namun demikian terdapat fundamen atau hal mendasar yang masih belum terejawantahkan dalam pengertian ini. Misalnya, penyampaian tersebut menggunakan apa? Apakah hanya eksklusif menggunakan bahasa atau kata-kata? Karena sejatinya komunikasi juga dapat terjadi melalui mimik muka sekalipun. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Albig dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 3 komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu. Lambang-lambang itu dapat berupa bahasa, gestur tubuh, simbol grafik, dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh Brelson & Steiner dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 3 bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, idea, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol, angka, grafik dan lain-lain. Para ahli lainnya juga sudah tentu memiliki pendapatnya masing-masing mengenai pengertian komunikasi. Beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli yang dirangkum oleh Karyaningsih 2018, hlm. 4 di antaranya adalah sebagai berikut. Dr. Alo Liliweri komunikasi merupakan suatu pengalihan pesan dari suatu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Carl Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. Judy C pearson & Paul E melson Komunikasi adalah Proses memahami dan berbagi makna. Lexicographer Komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Raymond S Ross Komunikasi adalah suatu kegiatan menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dengan pikiran serupa yang dimaksudkan komunikator. Berdasarkan pengertian komunikasi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dari seseorang kepada orang lain melalui pengoperasian dan penginterpretasian lambang-lambang yang berarti antarindividu baik itu bahasa, gestur tubuh, huruf/simbol grafik, dan sebagainya. Sementara itu, ilmu komunikasi adalah ilmu terapan berupa pengetahuan saintifik mengenai proses penyampaian pikiran dari seseorang kepada orang lain melalui pengoperasian dan pemaknaan lambang-lambang yang berarti antarindividu. Komponen Komunikasi Menurut Hariyanto 2021, hlm. 29 komunikasi terdiri atas beberapa komponen pembentuknya, dan komponen-komponen dalam komunikasi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. Source Sumber Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Communicator/komunikator Pengirim pesan Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara atau menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya. Message Pesan Pesan adalah lambang atau simbol yang mengandung makna dan dipilih oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan. Pesan ini dapat berupa verbal maupun non-verbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa, percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon dll. Channel Saluran atau media Channel atau saluran adalah alat untuk menyalurkan pesan komunikasi. Channel bisa berupa media elektronik termasuk media sosial maupun media cetak. Saluran komunikasi adalah tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Communicant/komunikan penerima pesan Komunikan adalah penerima pesan atau orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator baik secara langsung maupun menggunakan media. Effect hasil Dampak yang terjadi pada diri komunikan setelah mendapatkan pesan komunikasi dari komunikator. Hasil antar-effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi yakni sikap dan tingkah laku seseorang sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi itu berhasil. Efek komunikasi bisa pengetahuan, sikap atau perilaku komunikan. Feedback umpan balik Respons atau efek yang dikembalikan oleh komunikan kepada komunikator setelah mendapatkan pesan komunikasi dari komunikator. Noise Gangguan Hambatan atau gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi, akibatnya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Prinsip Komunikasi Dalam komunikasi terdapat suatu asumsi, karakteristik, atau prinsip yang menjadikan komunikasi sebagai komunikasi itu sendiri. Mulyana dalam Yusuf, 2021, hlm. 19 mengungkapkan bahwa terdapat dua belas prinsip komunikasi yang di antaranya adalah sebagai berikut. Komunikasi adalah proses simbolik. Komunikasi sendiri dapat dipandang sebagai proses, yang artinya komunikasi berlangsung secara dinamis. Sebab pada dasarnya komunikasi adalah proses menyampaikan isi pikiran atau perasaan oleh seseorang komunikator 1 kepada orang lain komunikator 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Meski ada ungkapan yang terkenal jika we cannot not communicate, namun tidak semua perilaku kita adalah komunikasi. Aktivitas komunikasi baru dapat terjadi bila kita sudah mulai menafsirkan suatu objek atau memberi makna atas perilaku orang lain atau diri sendiri. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Dimensi isi makna terkait dengan simbol verbal dan menunjukkan muatan apa yang dikatakan, sementara dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakan, hubungan peserta komunikasi dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan dan keinginan dari pelaku. Pengertian âsadarâ di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental-psikologis yang terkendalikan atau terkontrol, bukan dalam keadaan âmimpiâ. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Konteks ruang dan waktu dalam komunikasi berpengaruh pada makna. Oleh karena itu makna pesan tergantung pada konteks fisik dan ruang iklim, suhu, intensitas cahaya dsb., waktu, sosial, dan psikologis dari peserta komunikasi. Melibatkan prediksi peserta komunikasi. Ketika kita menyapa seseorang di pagi hari dengan salam dan ucapan selamat pagi, kita akan memprediksi jawaban dari salam yang telah kita lontarkan. Artinya kita sudah memprediksi umpan balik apa yang akan kita terima. Namun komunikasi terikat dengan perilaku dan tata krama di dalam masyarakat. Dalam contoh ucapan salam, cara pengucapan salam kita terhadap orang yang lebih tua, guru, dosen dan orang yang kita hormati, tentu akan berbeda dengan salam kita terhadap anak kecil dan teman sebaya kita. Komunikasi bersifat sistemik. Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan ada tahapan atau sekuensi serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak âstatisâ, tetapiâ dinamisâ dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus. Pengaruh latar belakang sosial-budaya terhadap efektifitas komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai yang diharapkan para pesertanya. Salah satu hal yang dapat mewujudkan tujuan itu adalah kesamaan makna antarpeserta komunikasi. Makna suatu pesan verbal atau nonverbal pada dasarnya terikat dengan budaya. Komunikasi bersifat Bersifat Nonsekuensial atau tidak berada pada bentuk atau model komunikasi tertentu. Proses komunikasi bisa jadi terjadi dalam tatanan acak; tidak linear, sirkuler, atau bahkan helikal. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional. Ada yang bilang komunikasi itu tidak berawal dan tidak berakhir. Ketika fenomena Gus Bahaâ dan Gus Miftah muncul, dan mungkin akan redup pada waktunya, tidak serta merta dapat dikatakan bahwa pembicaraan tentang keduanya juga berakhir. Di masa depan masih akan banyak orang yang membicarakan fenomena itu. Oleh karena itu komunikasi adalah proses yang sinambung continuous. Komunikasi bersifat irreversibel. Suatu perilaku adalah peristiwa dan menjadi fakta. Peristiwa komunikasi adalah peristiwa komunikasi yang tidak dapat diubah irreversibel. Fakta bahwa Anda pernah menyakiti seseorang tidak akan dapat diubah. Tidak berlebihan bila dikenal adagium to forgiven but not to forgeted. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah. Komunikasi bukan panasea obat manjur untuk menyelesaikan segala persoalan. Persoalan atau konflik mungkin berkaitan dengan masalah struktural, misalnya ketidakadilan dan masalah yang hanya dapat diselesaikan dengan âkeharusan tertentuâ tidak akan dapat diselesaikan dengan komunikasi. Kedua contoh masalah itu hanya dapat diselesaikan dengan memenuhi tuntunan dari keduanya. Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi Ruang lingkup ilmu komunikasi sebagai keterampilan praktis dan bahkan sebagai seni adalah komunikasi insani human communication atau komunikasi antarmanusia, bukan komunikasi antara manusia dengan hewan, maupun komunikasi antarhewan. Berkaitan dengan hal tersebut, Effendi dalam Yusuf, 2021, hlm. 11-14 membagi lingkup komunikasi manusia ke dalam tujuh lingkup yang di antaranya adalah sebagai berikut. Ruang lingkup pertama adalah ruang lingkup berdasarkan bidang komunikasi yang di antaranya meliputi Komunikasi sosial social communication, Komunikasi organisasi/manajemen organizational/management communication, Komunikasi bisnis business communication, Komunikasi politik political communication, Komunikasi intenasional international communication, Komunikasi antarbudaya intercultural communication, Komunikasi pembangunan development communication, Komunikasi tradisional traditional communication. Kedua, sifat komunikasi yang ruang lingkupnya dapat diklasifikasikan pada Komunikasi verbal verbal communication, meliputi komuniasi lisan oral communication dan komunikasi tulisan written communication; Komunikasi nirverbal nonverbal communication, meliputi komunikasi kial gestural/body communication, komunikasi gambar pictural communication dan lain sebagainya; Komunikasi tatap muka face to face communication; Komunikasi bermedia mediated communication. Ketiga, tatanan komunikasi yang merupakan proses komunikasi ditinjau dari sisi jumlah peserta komunikasi. Tatanan atau konteks komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut. Komunikasi pribadi personal communication yang meliputi komunikasi intrapribadi intrapersonal communication dan komunikasi antarpribadi interpersonal communication. Komunikasi kelompok group communication, meliputi komunikasi kelompok kecil small-group communication seperti ceramah, forum diskusi, smposium, diskusi panel, seminar, curah saran brainstorming, dan komunikasi kelompok besar large-group/public communication. Komunikasi massa mass communication, meliputi komunikasi media cetak/pers printed massa media communication seperti surat kabar daily/newspaper dan majalah magazine, dan komunikasi media seperti radio, televisi, film dan lain sebagainya. Komunikasi media media communication seperti surat, telepon, pamflet, poster, spanduk, dan mungkin media lain yang masih belum disepakati keberadaannya sebagai media massa seperti media sosial facebook, youtube, whatsapp. Keempat, tujuan komunikasi, yang antara lain mengubah sikap to change the attitude, mengubah opini/pendapat/ pandangan to change the opinion, mengubah perilaku to change the behavior, dan mengubah masyarakat to change the society. Kelima, fungsi komunikasi. secara umum fungsi komunikasi adalah memberi informasi to inform, mendidik to educate, dan menghibur to entertain serta fungsi mempengaruhi to influence. Keenam, teknik komunikasi. Teknik berkait erat dengan keterampilan. Komunikasi juga merupakan ilmu praktis dan seni. Teknik komunikasi meliputi komunikasi informatif informative communication, komunikasi persuasif persuasive communication, komunikasi pervasif/loby pervasive communication, komunikasi koersif/mengendalikan dengan kekerasan coersive communication, komunikasi instruktif instructive communication, dan hubungan manusiawi human relations. Ketujuh, metode komunikasi meliputi jurnalisme journalism baik cetak, elektronik maupun online, hubungan masyarakat public relations, periklanan advertising, propaganda, perang urat saraf psychological warfare, perpustakaan library dan lain lain. Referensi Hariyanto, D. 2021. Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo Umsida Press. Karyaningsih. 2018. Ilmu komunikasi. Yogyakarta Samudra Biru. Yusuf, 2021. Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta Penerbit Pustaka Ilmu.
pengertian komunikasi dari berbagai dimensi